Ikon vs Berhala
Tujuan dari eksistensi Ikon dalam kehidupan doa umat Kristen adalah sama dengan eksistensi lukisan dan patung dalam agama-agama lain pada umumnya. Yaitu pertama-tama, untuk membantu umat berdoa dengan mengarahkan hati kepada alamat doa kita, kedua, untuk mewujudkan rupa dari sosok yang disembah, ketiga, sebagai alat pengajaran agama.
Satu perbedaan mendasar yang membedakan Ikon/patung rohani dengan lukisan/patung berhala: Umat Kristen menghormati/menyembah sosok yang terlukiskan dibalik Ikon, sementara berhala disembah karena sosok yang tinggal/mendiami benda tersebut.

Kiri: Patriarkh Grammatikus si Ikonoklas (penghancur Ikon) menyelubungi Ikon Tuhan kita dengan plester (abad ke-8)
Apakah menyembah Ikon dapat disamakan dengan menyembah patung berhala?
Mengapa Ikon dihormati/disembah
Oleh sebab umat Kristen memberi hormat kepada santo-santa/orang-orang kudus yang hidup maupun telah mati dan menang, maka umat Kristen pun memberi hormat kepada Ikon/patung yang menampilkan kehadiran mereka. Umat Kristen percaya mereka telah hidup bersama Allah, dan telah tertidur (wafat) didalam Kristus, maka pada saat ini pun mereka tetap hidup didalam Allah yang kekal (Lukas 20:38). Spiritualitas Byzantin yang juga berdasar pada Hesikasme, mempermudah umat untuk memahami hal “persatuan dengan Allah” ini.

Pada akhirnya, tidaklah salah untuk menggambarkan mereka dalam rupa sebagaimana mereka hidup. Mengenai kehadiran mereka, umat Kristen percaya bahwa Gereja terdiri dari mereka yang masih hidup juga yang telah kembali kepada Allah. Kehadiran orang kudus yang telah meninggal dan kemampuan mereka untuk berdoa bersama dan untuk kita sekarang ini dimungkinkan karena Allah Maha hadir.
Menolak penghormatan Ikon orang kudus berarti menolak kebenaran bahwa mereka telah hidup dan mati dalam Kristus; menolak gereja terdiri dari semua orang kudus yang telah berpulang juga; dan pada akhirnya menolak iman bahwa persatuan dengan Allah adalah hal yang mungkin.

Orang Kristen memuliakan Allah Bapa yang tergambar melalui diri Anak-Nya, Yesus Kristus, Tuhan kita yang didalam Dia, Roh Allah berdiam (Kolose 1:15; Lukas 4:1,18). Kepada Allah Bapa ini pula, kita memohon dan bersembahyang melalui Anak-Nya dan didalam Roh-Nya.
Berangkat dari situ, Ikon Yesus Kristus menyatakan Allah sang Bapa dan sang Roh yang Kudus juga. Allah Tritunggal yang layak dimuliakan dan disembah. Dialah satu-satunya yang berhak dan layak. Oleh sebab itu, kepada Ikon Yesus Kristus, kita tidak hanya menghaturkan penghormatan selayaknya kepada orang kudus dan Ikonnya, tetapi lebih daripada itu, kita menghaturkan kemuliaan dan penyembahan. Sekali lagi, ditegaskan bahwa yang disembah bukanlah Ikon menurut bahan (material) nya, melainkan kepada sosok yang tergambar dalam Ikon itu, yaitu Tuhan dan Allah sendiri.

Jika Ikon Tuhan dihancurkan, apakah sosok Tuhan sendiri yang hancur? Bukan! Bahannya saja yang hancur dan perwakilan sosok Tuhan hilang. Dapat dianalogikan seperti ini: Saat kita memandang sebuah foto, yang kita lihat bukanlah kertas atau tinta diatasnya. Kita tidak menaruh perhatian pada permukaannya melainkan kepada apa yang ada didalamnya. Selama Ikon masih mewakilkan segala yang kudus itu, selama itu pula Ikon dapat dihormati. Selama Ikon Theotokos masih terlihat sebagai Theotokos, maka hormat patut diberikan keatasnya. Apabila Ikon dihancurkan sehingga tidak dapat dikenali lagi apa yang tergambar diatasnya, maka yang mewakili kekudusan itupun hilang. Jika Ikon Theotokos yang tadi dihancurkan dengan sedemikian rupa sehingga hilanglah rupanya, maka penghormatan tidak dapat lagi dihaturkan keatasnya.
Jadi, apakah boleh menghancurkan Ikon dan tidak menggunakan Ikon? Wah,.. wah.. wah. Justru ini adalah perbuatan yang berbahaya bahkan mengundang dosa. Menghancurkan Ikon memungkinkan penggambaran dari sosok yang kudus itu hilang. Dengan menghilangkan penggambaran sosok yang kudus secara sengaja, kita sudah melawan salah satu pokok iman Kristen. Bagaimana bisa?
Ikon Tuhan Yesus Kristus adalah sebuah ungkapan yang nyata dari sebuah kebenaran iman, yaitu bahwa Firman Allah pernah menjelma menjadi manusia, mengambil rupa daging manusia dan tinggal di bumi, diantara manusia. Menolak adanya Ikon Tuhan adalah penyangkalan bahwa Firman Allah pernah menjadi manusia.
Dalam rupa manusia itu, Kristus menebus dosa-dosa manusia melalui pengorbanannya di atas kayu salib. Menolak adanya Ikon Tuhan adalah penyangkalan kebenaran bahwa Kristus melaksanakan karya penebusan-Nya di dalam daging yang insani.
Dengan menjadi manusia, Kristus menyelamatkan dunia. Menyelamatkan aku dan kamu. Dengan menyangkal kebenaran bahwa Kristus melaksanakan karya penebusan-Nya dalam daging yang insani, bagaimana seseorang masih bisa berharap dirinya tetap terselamatkan?
Pada akhirnya, menolak Tuhan Yesus Kristus dilukiskan dalam Ikon sama saja dengan menolak karya penebusan Allah, dan hal ini membahayakan keselamatan jiwa seseorang. (CT)
